Kisah Inspiratif Filosofi Dari Sebuah Sumpit Untuk Makan

Alkisah,...... Di jaman dulu hiduplah seorang saudagar kaya pemilik restoran. Restoran itu sangat terkenal karena makanannya sangat khas dan rasanya yang luar biasa. Saudagar pemilik restoran tersebut juga sangat dihormati di daerah tersebut karena sering menyumbangkan harta kekayaannya untuk kaum miskin.

Namun sangatlah disayangkan saudagar itu tidak diberkahi keturunan seorangpun. Menjelang usianya memasuki tahun ke 80, saudagar tersebut hendak menyerahkan restorannya kepada orang yang dipercayainya yang dikira mampu mengelola restoran tersebut dengan baik. Tapi sebagai syaratnya mereka harus menyumbangkan setengah dari pendapatan restoran itu untuk kaum miskin.

Filosofi Sumpit

Setelah itu diundanglah seluruh pedagang di daerah tersebut untuk datang ke jamuan makan malam yang diselenggarakannya. Terdapat dua puluh meja bundar yang diatasnya sudah terhidang bermacam makanan yang sangat menarik. Tiap meja ada 4 buah kursi dan 4 buah peralatan makan berupa sumpit. Namun anehnya keempat sumpit tersebut mempunyai panjang sama dengan lebar mejanya.

Duduklah ke 80 pedagang tersebut dengan air liur yang mulai menetes mencium aroma masakan yang selangit tersebut. Sesaat sebelum makan saudagar tersebut memberikan kata sambutan yang isinya kurang lebih menyatakan bahwa dia akan memilih 4 dari ke 80 pedagang tersebut sebagai penerus restorannya setelah jamuan berakhir.

Maka dimulailah jamuan makan tersebut. Masing–masing pedagang tersebut telah memegang sumpit mereka dan mau menjepit makanan yang diinginkannya. Sementara sang saudagar tersebut berjalan mengelilingi meja-meja tersebut. Muka sang saudagar tersebut terlihat sangat sedih setelah melewati meja ke 12 dan belum ada satupun pedagang yang mampu memasukkan makanan yang dijepit sumpit tersebut ke dalam mulut. Masing–masing pedagang tersebut mencoba cara–cara aneh agar mampu memasukkan makanan yang dijepit sumpit masing–masing ke dalam mulut masing–masing dan tentu saja itu tidak akan berhasil karena panjang sumpit tersebut selebar meja. Saat sang saudagar melewati meja ke 19 dia mulai kehilangan harapannya untuk mendapatkan penerus restorannya karena yang dia lihat hanyalah sekumpulan orang–orang serakah yang hanya mementingkan keinginan masing–masing.

Saat menuju meja ke 20 tersenyumlah saudagar tersebut seraya berkata pada dirinya sendiri bahwa ke 4 orang inilah yang akan meneruskan restorannya. Rupanya ke 4 orang yang berada di meja ke 20 saling menyuapi lawan di seberangnya karena panjang sumpit tersebut memang cukup untuk sampai ke seberang mejanya. Akhirnya saat jamuan makan selesai hanya ke 4 orang inilah yang kenyang perutnya sedang yang lain sibuk menggerutu karena tidak ada secuilpun makanan yang masuk dalam mulut mereka. Sang saudagar pergi meninggalkan restorannya dengan hati gembira karena tahu bahwa restorannya akan dikelola oleh 4 orang yang bijaksana.

Keempat orang itu tidak mementingkan keinginan masing-masing tapi belajar untuk memberi makan satu sama lain

Itulah tadi kisah filosofi tentang sumpit yang menandakan jangan suka serakah akan semua yang ada di depan kalian karena semua itu hanya sekedar titipan dan suatu saat nanti bisa diambil oleh Sang Pemilik kapanpun Dia mau. Jika kalian sedang di atas berusahalah melihat ke bawah agar selalu bisa mensyukuri nikmat apa yang sedang kalian terima.
sumber:cerminan
Artikel bermanfaat lainnya:

Facebook CommentsShowHide

0 komentar